KH. Hasyim Muzadi: Halal Bihalal, Made in Indonesia dan Syiar Idul Fitri




KH Hasyim Muzadi mengatakan bahwa syiar dan nuansa Idul Fitri yang khas dan hanya ditemukan di Indonesia harus senantiasa dijaga dan diupayakan semeriah mungkin.

Tradisi halal bihalal adalah asli made in Indonesia. Syiar Idul Fitri, silaturahim dan mudik hanya ditemukan di Indonesia. Di Eropa dan Timur Tengah, tidak ada. Bahkan di Arab Saudi tidak ditemukan kemeriahan pasca Idul Fitri. Di Arab Saudi, kemeriahan justru terasa pada Ramadhan malam ke-27 dan 29, ujar KH Hasyim dalam paparan tausiyah Halal Bihalal Idul Fitri 1437H/2016H Kemenag yang dihadiri oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, pejabat dan pegawai Kementerian Agama.

Di sana yang ramai itu puasanya, syiar Idul Fitrinya tidak ada, hanya salat Idul Fitri saja. Sedangkan di sini, hari raya sangat ramai, sekalipun ada yang tidak puasa hal tersebut bukan berarti tidak diperkenankan dalam agama, tapi termasuk Syiar Idul FItri. Meski beberapa tradisi yang ditemukan di Indonesia tidak tertera dengan jelas di dalam Al-Quran dan hadis, pada zaman Rasul tidak ada, akan tetapi selama masih sesuai dengan pokok syariat agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad, maka tidak ada salahnya untuk tetap dipelihara keberadaannya.

Memang Islam turun di Saudi tetapi diperuntukkan bagi seluruh alam (Rahmatan lil alamiin), Hal yang dilarang untuk dilakukan adalah mengubah sesuatu yang sudah baku, seperti mengubah tata cara salat Idul Fitri. Jika itu dilakukan, maka bukan saja bidah,  tapi sudah termasuk khilafus-Syariah,Idul Fitri merupakan Hari Raya Kemanusiaan,  bukan sekedar event perayaan sebagaimana peringatan-peringatan lainnya. Idul Fitri dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kemanusiaan di kalangan kaum Muslimin, bahkan kepada semua umat manusia.

Pada saat berpuasa, kita mengoreksi diri sendiri. Saat Idul FItri, kita memperbaiki hablumminannaas. Salah satu cara memperbaiki hablumminannas adalah dengan menguatkan tali silaturahim.  acara halal bihalal ini sangat baik untuk merekatkan hubungan sesama manusia, antara Menag dengan jajarannya di Kementerian Agama.

Di hadapan ratusan aparatur yang hadir, KH Hasyim juga menyinggung masalah pentingnya menghormati Hak Asasi Manusia (HAM). Menurutnya, HAM dalam Islam tidak dipisahkan dari kewajiban, larangan, dan kebebasan dalam agama Islam itu sendiri. HAM tidak boleh terlepas sendiri dari kewajiban asasi manusia dan tanggung jawab kolektif masyarakat.

HAM yang dipisahkan dari tanggung jawab, justru dapat merusak tata nilai kemanusiaan itu sendiri dalam konteks harmonisasi, hablum minallah dan hablum minannas.

Selain itu, HAM dalam Islam telah tersusun rapi, tidak sekedar freedom of speech, freedom of expression, freedom of religion, dan freedom of humanity. Lebih dari itu, HAM dalam Islam menyusun harmonisasi di antara freedom-freedom itu agar dapat dipertanggungjawabkan kepada umat dan Allah Swt.

Kehangatan halal bihalal sangat terasa, ketika Menag beserta para pejabat eselon I berkeliling menyalami dan saling bermaaf-maafan dengan segenap pegawai Kementerian Agama yang hadir. Selain diisi oleh tausyiah, acara halal bihalal ini menyajikan lantunan murattal ayat suci Al-Quran yang disampaikan Hafidz cilik Lalu Mumammad Razzak, juara 1 Hifdzul Quran Tingkat Nasional dan Asia Pasifik dan Hafidz Cilik Laode Musa, Hafid berusia 8 tahun peraih peringkat 3 Musabaqah Hidzul Quran Internasional di Mesir setelah menyisihkan 80 peserta dari 60 negara.(kemenag)