Kedua, Kreativitas berarti berpikir melampaui pemikiran suatu masyarakat pada umumnya (out of the box). Misalnya, Nabi Yusuf AS menyarankan agar masyarakat menyimpan hasil panen tetap pada tangkainya, sehingga lebih awet, padahal mereka tidak mengenal metode penyimpanan seperti itu sebelumnya (Q.S. Yusuf [12]: 47).
Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan (Q.S. Yusuf [12]: 47).
Ketiga, Kreativitas bisa mengambil inspirasi dari beragam sumber, termasuk tingkah laku binatang. Misalnya, Qabil mampu menguburkan jenazah Habil setelah terinspirasi perilaku burung gagak (Q.S. al-Maidah [5]: 31)
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. berkata Qabil: Aduhai celaka Aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini? karena itu jadilah Dia seorang diantara orang-orang yang menyesal (Q.S. al-Maidah [5]: 31).
Manusia mampu membuat pesawat terbang setelah memperhatikan burung yang terbang dengan mengepakkan dan mengatupkan sayap-sayapnya (Q.S. al-Mulk [67]: 19).
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? tidak ada yang menahannya (di udara) selain yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu (Q.S. al-Mulk [67]: 19).
Keempat, Kreativitas dapat dipicu melalui doa, agar dianugerahi pemikiran cemerlang oleh Allah SWT. Misalnya, mengamalkan doa Ashhabul Kahfi, Wahai Tuhan kami, mohon Engkau anugerahkan kepada kami, rahmat dari sisi-Mu, dan mohon sempurnakanlah petunjuk bagi kami, dalam urusan kami (Q.S. al-Kahfi [18]: 10).
(Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: Wahai Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada Kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi Kami petunjuk yang Lurus dalam urusan Kami (ini) (Q.S. al-Kahfi [18]: 10).
Kelima, Kreativitas tidak terpaku pada satu metode, melainkan mampu memanfaatkan beragam metode untuk menuai hasil yang diinginkan. Misalnya, Nabi Yaqub AS menyarankan putra-putranya agar memasuki Kota Mesir dari banyak pintu gerbang agar tidak ditangkap para prajurit kerajaan (Q.S. Yusuf [12]: 67).
Dan Yaqub berkata: Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain; namun demikian aku tiada dapat melepaskan kamu barang sedikitpun dari pada (takdir) Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nya-lah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri (Q.S. Yusuf [12]: 67).
Keenam, Kreativitas membutuhkan proses yang relatif panjang, bukan instan, karena terdapat mekanisme penyempurnaan (revisi) agar menjadi produk berkualitas. Misalnya, proses penciptaan manusia dimulai dari saripati tanah,nuthfah, zigot, bakal janin hingga menjadi janin paripurna yang siap dilahirkan (Q.S. al-Muminun [23]: 12-14).
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik (Q.S. al-Muminun [23]: 12-14).
Ketujuh, Kreativitas dikembangkan menjadi suatu keahlian yang didukung inspirasi tak terbatas, kendati masyarakat meragukan bahkan mencibirnya. Misalnya, Nabi Nuh AS memiliki keahlian membuat bahtera yang diperoleh melalui wahyu Ilahi, kendati masyarakat mencemoohnya (Q.S. Hud [11]: 37-38).
Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. berkatalah Nuh: Jika kamu mengejek Kami, maka sesungguhnya Kami (pun) mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami) (Q.S. Hud [11]: 37-38).
Kedelapan, Kreativitas dapat menghasilkan produk yang bersifat material, kesenian maupun kebijakan. Misalnya, kaum Ad membangun kota Iram yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit yang menakjubkan (material); kaum Tsamud mampu memahat gunung-gunung untuk dijadikan tempat tinggal (kesenian); Firaun membuat kebijakan untuk membangun piramida-piramida (kebijakan) (Q.S. al-Fajr [89]: 6-10).
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum Ad?. (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. Yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain. Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah. Dan Firaun yang mempunyai piramida-piramida (Q.S. al-Fajr [89]: 6-10).
Poin ini sekaligus mengajarkan bahwa kreativitas bisa muncul dari orang atau masyarakat bejat sekalipun.
Kesembilan, Kreativitas diorientasikan agar menghasilkan produk multi-fungsi. Misalnya, binatang dapat dimanfaatkan kulitnya untuk pakaian penghangat tubuh; ditunggangi atau dijadikan kendaraan, seperti berkuda atau kereta kuda; dikonsumsi untuk menambah energi; dijadikan binatang piaraan atau gembalaan; dijadikan alat pengangkut barang atau binatang pekerja, seperti sapi pembajak sawah; bahkan menciptakan moda transportasi yang belum ada sebelumnya (Q.S. al-Nahl [16]: 5-8).
Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dan (dia telah menciptakan) kuda, bighal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya (Q.S. al-Nahl [16]: 5-8).
Kesepuluh, Kreativitas menuntut pemikiran kompleks agar dapat menghasilkan produk yang efektif dan efisien. Misalnya, teknologi teleportasi yang dihasilkan oleh cendekia zaman Nabi Sulaiman AS (Q.S. al-Naml [27]: 40).
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-Kitab: Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia (Q.S. al-Naml [27]: 40).
Kesebelas, Kreativitas menjamin kualitas melalui proses pengujian (evaluasi) berkelanjutan untuk menemukan titik lemah yang perlu diperbaiki, hingga memperoleh hasil yang relatif sempurna (zero tolerance). Misalnya, mengambil inspirasi kesempurnaan langit ciptaan Allah SWT yang tidak mengandung cacat sama sekali, meskipun diamati secara berulang-ulang (Q.S. al-Mulk [67]: 3-4).
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah (Q.S. al-Mulk [67]: 3-4).
Kedua-belas, Kreativitas tidak melulu merupakan karya pribadi, bisa jadi karya kolektif yang memadukan otak, otot dan alat. Misalnya, Raja Dzulqarnain membangun dinding besi yang menjulang tinggi dan sulit ditembus Yajuj-Majuj, melalui kerjasama dengan masyarakat dan didukung sarana-prasarana yang memadai (Q.S. al-Kahfi [18]: 95-97).
Dzulkarnain berkata: Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi. hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: Tiuplah (api itu). hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya (Q.S. al-Kahfi [18]: 95-97).
Ketiga-belas, Kreativitas seharusnya menghasilkan produk yang menjaga masyarakat dari hal negatif dan membantu masyarakat meraih hal positif. Misalnya, baju besi (zirah) buatan Nabi Dawud AS yang bersifat melindungi; dan angin di bawah kendali Nabi Sulaiman AS yang bersifat memberkahi (Q.S. al-Anbiya [21]: 80-81).
Dan telah Kami ajarkan kepada Dawud membuat baju besi untuk kamu, guna memelihara kamu dalam peperanganmu; maka hendaklah kamu bersyukur (kepada Allah). Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu (Q.S. al-Anbiya [21]: 80-81).
Wallahu Alam bi al-Shawab.
Dr. Rosidin, M.Pd.I
http://www.dialogilmu.com